Friday 18 December 2015

Sejarah Dan Pengertian Flash Dalam Fotografi


Flash atau disebut juga dengan istilah Blitz, merupakan salah satu peralatan dalam fotografi yang berfungsi memberikan bantuan pencahayaan secara elektrik dikala keadaan disekitar kita sangat minim sekali dengan cahaya. Dalam menciptakan karya fotografi adakalanya kita tidak mempergunakan cahaya bantuan berupa cahaya elektrik yaitu flash, tetapi menggunakan cahaya alam dengan mempermainkan pencahayaan yang tepat antara ASA, kecepatan dan diafragma. Tetapi apabila kondisi dalam keadaan yang minim cahaya misalnya pemotretan di dalam ruangan atau didalam rumah maupun di dalam gedung, maka secara otomatis flash sebagai cahaya bantuan tentu kita perlukan terlebih lagi apabila melakukan pemotretan di malam hari berada di luar gedung atau outdor, maka keberadaan flash tidak dapat ditolak lagi.

Pada model kamera Digital Single Lens Reflex atau DSLR yang beredar di tengah masyarakat sudah dilengkapi dengan cahaya bantuan flash.Dalam penggunaannyapun sudah diatur melalui beberapa pemprograman yang telah diseting oleh system kamera itu sendiri. Namun demikian jika kita mempergunakan sistem manual dalam menentukan pencahayaan juga bisa dilakukan dengan cara penghitungan naluri sendiri. Dalam mempergunakan flash yang berasal dari kamera hendaknya diperhatikan besarnya kapasitas kekuatan cahaya flash. Cahaya flash dalam bawaan kamera mempunyai jangkauan antara 1,5 meter hingga maksimal jangkauannya 5 meter. Apabila melakukan pemotretan yang jaraknya lebih dari 5 meter misalnya ketika melakukan pemotretan di sebuah konser musik diatas panggung dimana posisi pemotret berada di jarak 10 meter, maka flash yang ada dikamera tersebut tidak ada artinya atau tidak ada gunanya. Kenyataan itu cahaya flash yang keluar disaat tombol shutter ditekan tidak menjangkau obyek sasaran sehingga hasilnya terlihat under atau kurang cahaya alias gambarnya redup. Sebaliknya jika melakukan pemotretan terlalu dekat dengan obyek maka hasilnya akan menyebabkan over hingga gambarnya terlihat putih keterangan. Dari kenyataan itu, maka dalam mempergunakan flash bawaan kamera agar memperhitungkan secara cermat jarak antara obyek dengan kamera.

SERBUK MAGNESIUM

Jika pada zaman sekarang ini sudah banyak yang mengatasi masalah dalam minimnya cahaya dengan menggunakan lampu flash. Sebelum adanya flash masalah minimnya cahaya di atasi dengan serbuk magnesium. Dengan serbuk magnwsium para fotografer zaman dahulu menyiasati serbuk magnesium tersebut untuk dapat menghasilkan kilatan cahaya yang terang dengan maksud mempersingkat keadaan serta waktu, karena pada saat itu ketika ingin memotret membutuhkan banyak waktu dalam satu kali pengambilan gambar. Serbuk magnesium memang sangat bermanfaat di zaman dahulu. Tetapi sangat disayangkan serbuk ini akan mengeluarkan asap ketika di pakai dan tentu hal itu akan menganggu si fotografer dalam pemakaiannya.

FLASHBULBSeorang berkewarganegaraan Prancis, Chaffour, menemukan cara yang lebih efektif dalam membuat cahaya. Di tahun 1893, ia membuat bohlam berisi pita magnesium dan gas oksigen. Dua bahan tersebut dinamakan flashbulb, di mana ketika itu dapat digunakan untuk pemotretan bawah air.Vierkotter, berkebangsaan Austria menyempurnakan penemuan Chaffour pada tahun 1925.Hingga di tahun 1929, Ostermeier mengisi flashbulb dengan lembaran alumunium kemudian memasarkannya di Jerman. Barulah, di tahun 1939, Harold Edgerton, memperkenalkan kepada khalayak unit lampu kilat elektronik, di mana prinsip kerjanya sama dengan lampu kilat zaman sekarang.

Perlu kamu ketahui bahwa penggunaan flashbulb berbeda dengan lampu kilat zaman sekarang.Ketika itu, flashbulb memakai lembaran atau kawat magnesium dan alumunium untuk menghasilkan kilatan cahaya.Sedangkan lampu kilat zaman sekarang menggunakan tabung atau flashtube yang berisi krypton dan xenon.

MEMAKSIMALKAN FUNGSI FLASH PADA KAMERA

Berbagai cara memaksimalkan fungsi lampu kilat (flash). Lampu kilat pada kamera berfungsi untuk menjadi sumber cahaya sesaat yang bisa membuat obyek yang difoto menjadi terang.Pada kamera modern lampu kilat sudah diberikan berbagai mode lanjutan yang berguna untuk memberikan hasil yang berbeda dan lebih baik. Bagaimana cara memaksimalkan penggunaan lampu kilat pada kamera sehingga dapat memberi hasil yang memuaskan?

Sebelum membahas ke arah sana, kita kenali dulu macam-macam lampu kilat yang ada, yaitu flash yang built-in (menjadi satu dengan kamera) dan flash terpisah (eksternal). Eksternal flash ditenagai dengan baterai tersendiri dan punya mode yang lebih lengkap. Keduanya punya temperatur warna yang sama yaitu di kisaran 5600 Kelvin, namun berbeda dalam intensitas (Guide Number/GN) alias kekuatan flash. Kekuatan flash akan semakin melemah bila jarak dari flash terhadap obyek semakin jauh.

Kekuatan cahaya dari flash diatur dengan dua cara yaitu auto dan manual. Kebanyakan flash adalah auto atau di DSLR disebut dengan TTL. Bila flash diatur secara manual maka ada pilihan untuk mengatur kekuatan flash dari yang terbesar hingga terkecil. Pada kamera yang bekerja otomatis, shutter speed kamera saat memakai flash umumnya adalah 1/60 detik. Apabila hasil foto dengan flash ternyata kurang memuaskan (under atau over), cek apakah di kamera anda ada fasilitas untuk mengkompensasi keluaran flash ke nilai positif dan negatif. Bila ada, maka kita bisa melakukan kompensasi supaya keluaran flash bisa lebih terang atau lebih dikurangi terangnya.

Kondisi yang memerlukan flash di siang hari

Fungsi flash di siang hari lebih banyak dipakai untuk menyeimbangkan kontras, dinamakan sebagai fill-in flash (mengisi daerah yang gelap). Gunakan flash di siang hari bila obyek yang difoto lebih gelap dari latarnya, atau obyek berada di bawah bayang-bayang pohon. Sinar dari flash akan menerangi area yang gelap sehingga bisa didapat gambar yang terang pada obyek dan latarnya.

Fill-flash di siang hari juga bisa untuk membuat langit jadi tampak biru. Seperti yang sudah biasa kita alami, memotret obyek dengan latar langit biru di siang hari cukup sulit. Metering kamera akan berusaha mendapat eksposur yang tepat pada obyek sehingga bila latarnya adalah langit akan menjadi over eksposur. Langkah termudah bagi pemula (dengan kamera saku misalnya) adalah menurunkan Ev ke arah minus hingga langit menjadi biru, meski obyek akan jadi gelap. Tapi jangan kuatir, karena dengan fill-in flash maka obyek yang gelap akan diterangi oleh lampu. Oleh karenanya, pastikan jarak si obyek dalam jangkauan lampu kilat.

Untuk kamera yang dilengkapi manual mode, lakukan tahap-tahap sebagai berikut :

§  set mode dial ke arah manual

§  set shutter di nilai 1/panjang fokal (misal pakai 50mm maka buat speed di 1/50 detik)

§  atur bukaan diafragma hingga light meter menunjukkan nilai under (bisa 1 Ev)

§  atur fokus supaya mengunci di obyek, lakukan rekomposisi bila perlu

§  ambil foto dengan fill-in flash

Bila kamera anda ada tombol AE-lock/AF-lock, cukup manfaatkan tombol ini saja :

§  set tombol AE-L untuk  mode exposure-lock saja (baca lagi buku manual), sedang focus-lock dilakukan dari tombol rana

§  mode dial pada kamera bebas, bisa P (program), A (Aperture) atau S (Shutter)

§  terlebih dahulu lakukan metering ke langit, lalu kunci eksposur dengan tombol AE-L

§  arahkan kamera ke obyek lalu kunci fokus ke obyek, lakukan rekomposisi bila perlu

§  ambil foto dengan fill-in flash

Gunakan mode slow sync supaya latar tidak gelap

Pada kondisi gelap di malam hari, lampu kilat menjadi harapan untuk kita bisa tetap memotret. Namun karena kekuatannya yang terbatas, memotret di malam hari hanya akan memberikan penerangan di obyek yang dekat, sedang latar belakangnya akan gelap. Hal yang mengecewakan adalah saat kita ingin difoto di malam hari dengan latar lampu yang beraneka warna namun ternyata tidak tampak jelas karena gelap.Hal ini karena default setting untuk lampu kilat adalah memakai shutter 1/60 detik.Untuk mendapat foto yang lebih natural, kita perlu menurunkan speed lebih rendah dari nilai default sehingga kamera punya waktu cukup banyak untuk menangkap cahaya sekitar (bila ada) meskipun memakai lampu kilat.

Pada kebanyakan kamera digital modern kini sudah dilengkapi dengan mode slow-sync flash, yang artinya lampu kilat yang digabungkan dengan speed rendah. Yang perlu diperhatikan saat memakai mode ini diantaranya :

§  slow sync artinya memakai shutter speed rendah (antara 1/4 detik hingga 1/30 detik), hindari getaran tangan saat memotret dengan mengaktifkan stabilizer atau gunakan tripod

§  saat memakai mode ini, mintalah si obyek untuk diam sampai flash menyala

§  carilah latar belakang yang memiliki sumber cahaya natural seperti lampu hias atau gedung yang berpendar

Gunakan rear sync (2nd curtain) untuk menangkap jejak dari gerakan

Hampir mirip seperti trik di atas, ada juga kamera yang menyediakan fitur flash advanced yaitu front sync dan rear sync. Sederhananya, perbedaan keduanya adalah pada kapan waktu si lampu itu menyala :

§  Front Sync (1st curtain) adalah default lampu kilat, dia menyala sesaat setelah tombol ditekan dan shutter terbuka

§  Rear Sync (2nd curtain) adalah kondisi sebaliknya, dia menyala sesaat menjelang shutter ditutup.

Perhatikan kedua perbedaan di atas, bila shutter speed yang digunakan tinggi, maka tidak ada perbedaan antara keduanya. Namun saat kita memakai speed rendah (misal 1/2 detik), maka kapan lampu menyala akan memberi perbedaan hasil, apalagi bila ada pergerakan obyek disana. Apalagi mode lanjutan ini disedikan khusus buat memberi kesan bergerak pada sebuah obyek, dengan memanfaatkan speed rendah dan lampu kilat.

Sedangkan Rear Sync akan menembakkan flash saat shutter akan ditutup, sehingga kamera sudah terlebih dahulu merekam jejak gerakan, barulah diakhiri dengan menembakkan lampu kilat. Hasilnya, foto unik dengan kesan gerakan yang terekam apik seperti contoh diatas.

Bouncing untuk hasil foto yang lebih alami

Teknik bouncing memerlukan lampu kilat eksternal yang ditembakkan ke atas, tentunya apabila terdapat langit-langit yang berwarna putih dan ketinggiannya cukup dekat dengan kita. Dengan memantulkan sinar flash ke langit-langit, maka jatuhnya cahaya yang menerangi obyek datang dari atas bukan dari depan. Keuntungannya, cahaya yang mengenai obyek tidak terlalu keras dan lebih merata.

Pisahkan flash dari body

Inilah yang disebut dengan strobist, yaitu berkreasi dengan flash yang dipisah dari bodi. Tujuannya untuk memberikan foto dengan arah datang cahaya yang berbeda dari biasanya. Untuk itu diperlukan kamera dan flash yang mendukung wireless mode. Namun bagi yang kamera atau flashnya tidak mendukung fitur tersebut jangan kecil hati karena kini banyak dijual wireless trigger dan receiver dalam paket yang terjangkau.

Related Post:

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Template by:

tria33 Blog Templates